Translate

Selasa, 04 Juni 2013

Mereka Adalah dua serangkai

Mereka adalah dua serangkai. Bila yang seorang disebut maka yang kedua pun disebut. Mereka sama-sama beriman pada tahun yang sama dan wafat pada tahun yang sama pula. Kedua-duanaya tergolong kesepuluh Mereka adalah orang yang “mubasysyarin bil Jannah” Azzubair masuk Islam dalam usia 15 tahun dan dia hijrah dalam usia 18 tahun sesudah menderita penganiyaan dan penyiksaan bertubi-tubi karena mempertahankan keimanannya. Pamannya sendirilah yang menyiksanya. Azzubair digulung ke dalam tikar, lalu kakinya digantung di atas dan dibawah kepalanya ditaruh api yang membara. Pamannya berkata “Kembali kamu kepada penyembahan berhala!” Tapi Azzubair menjawab “Saya tidak akan kembali kafir lagi sama sekali.” Peperangan Pertama Antara Syirik dan Iman Azzubair adalah prajurit dakwah yang selalu menyandang senjata untuk melawan orang-orang yang menghendaki gugurnya dakwah Islami selagi dalam kandungan. Kepahlawannya telah tampak pertama kali pada waktu perang Badar. Dalam peperangan itu, psukan Quraisy menenpatkan pendekarnya di barisan terdepan yang dipimpin oleh Ubaidah bin Said Ibnul Aash. Dia dikenal sebagai orang yang paling berani, paling pandai dalam menunggang kuda dan paling kejam terhadap lawan. Kaum Quraisy senganja menempatkannya di barisan terdepan untuk menantang pahlawan-pahlawan berkuda kaum muslimin. Azzubair segera memandang ke arah Ubaidah. Ternyata seluruh tubuhnya berbaur senjata (baju besi) sehingga sulit ditembus dengan senjata. Yang tampak dari Ubaidah hanya kedua matanya saja. Azzubair berfikir bagaimana caranya mengalahkan musuhnya yang berbaju besi itu dan ia menemukan cara yang jitu. Setelah siap, Azzubair turun ke medan tempur dan terjadilah perang tanding yang seru sejaki. Dalam dua kali putaran Azzubair mengarahkan lembingnya ke mata Ubaidah dan berhasil menusuk kedua mata itu sampai ke belakang kepalanya. Ubaidah, pendekar Quraisy itu berteriak dan jatuh tersungkur tanpa gerak. Menyaksikan terbunuhnya Ubaidah yang tragis ini, barisan kaum musyrikin ketakutan. Lembing milik Azzubair kemudian diminta oleh Rasulullah Saw. Lembing itu kemudian berada di tangan Abubakar, Umar, Utsman, Ali dan Abdullah ibnu Azzubair meminta lembing itu untuk disimpannya. Terbunuhnya pendekar Quraisy Ubaidah menambah semangat juang umat Islam dalam setiap peperangan dan mereka selalu dapat memenangkannya. Rasulullah Saw Sangat Mencintai Azzubair Rasulullah Saw bangga terhadap Azzubair, dan ia bersabda: “Setiap nabi mempunyai pengikut pendamping yang setia (Hawari) Dan hawariku adalah Azzubair ibnul Awwam” Kecintaan Rasulullah Saw kepada Azzubair bukan hanya disebabkan ia anak bibi Rasululalh Saw atau karena suami dari Asma (putri Abubakar) yang pernah mengantar makanan ke gua Thur untuk Nabi Saw dan Abubakar, tapi karena Azzubair memang seorang pemuda yang setia, ikhlas, jujur, kuat, berani, murah tangan dan telah menjual diri dan hartanya kepada Allah Swt. Dia orang yang berakarakter tinggi dan berakhlak mulia. Keberanian dan kedermawanannya berimbang seperti dua ekor kuda balap yang sedang berpacu. Dia adalah seorang pengelola perdagangan yang berhasil dan hartawan, tapi hartanya selalu diinfakkan untuk perjuangan Islam. Bahkan ia wafat dalam kedaan menanggung hutang. Jiwa tawakalnya kepada Allah amat kuat dan ketika mendekati ajalnya, ia berwasiat kepada anaknya, Abdullah agar melunasi hutang-hutangnya. Yang Pertama Menyambut Panglima Jihad Bila diserukan “Ayo berjihad fi sabilillah!” Maka ia akan segera menjadi orang pertama yang datang menyambut seruan itu. Oleh karena itulah, Azzubair selalau mengikuti seluruh peperangan bersama Rasulullah Saw. Selama hidupnya ia tidak pernah absen berjihad. Ketika kaum muslimin mengepung perbentengan bani Quraidah yang kokoh dan sulit dikuasai, Azzubair bersama bersama Ali bin Abi Thalib menyerbu dengan memanjat benteng tersebut. Dengan berani ia membuka pintu-pintu benteng itu sehingga kaum muslimin dapat memasuki dan menguasai pebentengan tersebut. Begitu pula kesigapan Azzubair dalam menyambut seruan jihad pada perang Alahzaab dan peperangan lainnya sehingga bila Rasulullah Saw melihatnya, beliau tersenyum ridho dan gembira, seraya bersabda: “Tiap nabi mempunyai kawan dan pembela setia (Hawari) dan di antara hawariku adalah Azzubair.” Azzubair tercatat dalam rombongan yang pernah berhijrah ke negri Habasyah sebelum hijrah ke Madinah. Seorang Berniali Seribu Orang Ketika Amru ibnul Aash meminta bala bantuan tentara kepada Amirul Mukmiminin, Umar ibnul Khattab, untuk memperkuat pasukan memasuki negeri Mesir dan mengalahkan tenatara Romawi yang pada waktu itu menduduki Mesir, Umar Ra mengirim 4000 prajurit yang dipimpin 4 orang komandan, dan ia juga menulis surat yang isinya: “Aku mengirim 4000 prajurit bala bantuan yang dipimpin 4 orang sahabat yang terkemuka dan masing-masing bernilai 1000 orang. Tahukah Anda siapakah empat orang itu? Mereka adalah Azzubair ibnul Awwam, Ubadah ibnu Assamit, Almiqdaad ibnul Aswad dan Maslamah bin Mukhalid.” Ketika menghadapi benteng Babilon, kaum muslimin sukar membuka dan menguasainya.Azzubair Ra memanjati dinding benteng dengan tangga. Lalu berseru “Allahu Akbar” dan disambut dengan kalimat tauhid oleh pasukan yang berada di luar benteng. Hal ini membuat pasukan musuh gentar, panik, dan meninggalkan pos-pos pertahanan mereka sehingga Azzubair dan kawan-kawan bergegas membuka pintu gerbang maka tercapailah kemenangan yang gilang-gemilang pada kaum muslimian. Wafatnya Azzubair Ra Ketika terjadi pertempuran hari “Aljamal” antara pasukan yang dipimpin Siti Aisyah Ra dengan pasukan Ali bin abi Thalib Ra, Azzubair bertemu dengan Ali dan menyatakan dirinya tidak lagi memihak dan akan berusaha mendamaikan kedua pasukan itu. Setelah itu maka dia pun pergi. Tetapi dia dibuntuti oleh beberapa orang yang menginginkan berlanjutnya fitnah dan perang. Azzubair ditikam ketika sedang menghadap Allah (dalam keadaan menunaikan shalat).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar