Translate

Selasa, 04 Juni 2013

Kesehatan ^_^ (Wanita)

PENYAKIT DAN KELAINAN ALAT KANDUNGAN 1. VULVA DAN VAGINA Kelainan-kelainan yang dapat mengganggu jalannya persalinan dan kehamilan adalah A. Kelainan Bawaan :  Penyempitan vulva atau vagina akibat perlengketan dan parut karena peradangan atau perlukaan pada persalinan yang lalu.  Septum vagina yang vertikal-longitudinal, yang distal atau proksimal, yang komplit atau tidak komplit. Keadaan ini tidak menghalangi koitus sehingga kehamilan dapat terjadi, namun dapat menghalangi turunnya kepala waktu persalinan.  Struktur vagina yang menyempitkan vagina biasa dari bawaan lahir dan tidak begitu menghalangi persalinan. Striktur karena parut dapat menghalangi persalinan, kadang-kadang persalinan harus diselesaikan dengan seksio sesarea. B. Varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang bisa dijumpai pada tungkai, vagina, vulva, dan rectum. Bahayanya dalam kehamilan dan persalinan adalah :  Bila pecah akan terjadi perdarahan sedikit atau banyak  Bila pecah dapat pula terjadi emboli udara dan ini bisa berakibat fatal. Penanganan :  Jangan berdiri atau duduk terlalu lama  Jangan memakai ikat pinggang terlampau kencang (ketat)  Jalan-jalan dan senam hamil untuk memperlancar peredaran darah  Memakai kaos kaki atau pembalut tungkai elastic  Dapat diberikan obat-obatan: Venosan, Glyvenol, Venoruton dan Varemoid. C. Edema Adalah penumpukan cairan karena bendungan local atau sebagai edema umum. Penyebabnya bisa local atau umum misalnya karena mal-nutrisi, pre-eklamsi, dan eklamsi. Penyebab local dapat disebabkan tekanan kepala terutama pada persalinan yang lama/terlantar dan panggul sempit. D. Hematoma Seperti telah dikatakan bahwa dalam kehamilan pembuluh-pembuluh darah vena dapat mekar, baik yang berada dalam rongga panggul maupun yang di luar (genitalia eksternal). Dalam kehamilan, persalinan atau sesudah bersalin pembuluh darah ini dapat pecah, menyebabkan perdarahan keluar atau tertutup (hematoma). Perdarahan dan hematoma volva dan vagina bisa pula disebabkan trauma, baik trauma di luar maupun trauma dalam persalinan. E. Peradangan Peradangan yang dijumpai dapat berupa vulvitis, vaginitis, kolpitis atau vulvo-vaginitis, vulvo-kolpitis, dan servitis. Bisa juga dijumpai Bartholinitis dan abses. Kuman-kuman penyebabnya antara lain adalah : Infeksi spesifik : sifilis, gonorea, trikomoniasis, kandidiasis, dan amubiasis. Infeksi nonspesifik : eksema, pruritus vulvae, scabies, pedikulus publis, bartholinitis. Pada infeksi tersebut di atas, wanita mengeluh adanya keputihan (fluor albus), demam, dan pada sifilis stadium II dijumpai kondilomata lata. Pada kehamilan, peradangan tersebut harus diobat. Obat yang diberikan harus dipikirkan apakah mempunyai efek buruk terhadap anak terutama dalam proses pertumbuhan organogenesis. F. Kondilomata Akuminata Kondilomata akuminata adalah pertumbuhan kulit dan selaput lendir seperti bunga kol atau jengger ayam jago, dengan permukaan kasar, papiler menonjol dengan warna agak gelap, berkumpul menjadi satu, dan disebut konglomerat. Penyebab pasti belum jelas, diduga disebabkan virus atau sebab lain. Jika kondilomata besar, dapat menghalangi kelangsungan persalinan. Oleh karena itu harus diobati :  Yang kecil : dieksisi atau dikikis dengan kuret  Yang besar : dieksisi lalu dikoterisasi  Di perifer, bila terdapat kondilomata yang kecil-kecil dan tidak begitu banyak, dikoter dengan albothyl Kemudian diberi obat-obatan. G. Kista Vagina Biasanya berasal dari duktus Gartner atau duktus Muller, bisa berukuran kecil dan dapat menjadi besar sehingga bukan saja mengganggu pertumbuhan namun dapat pula menyukarkan persalinan. Bila dijumpai dalam kehamilan, penanganannya adalah : Kehamilan muda : diekstirpasi setelah kehamilan 3-4 bulan Dalam persalinan : jika kecil maka tidak menghalangi turunnya kepala, tidak mengganggu persalinan. Setelah 3 bulan pasca persalinan dilakukan ekstirpasi tumor. Bila besar dan menghalangi turunnya kepala, untuk mengecilkannya dilakukan aspirasi cairan tumor. H. Fistula Obstetrik Fistula obstetric bisa berupa : fistula vesiko-vaginalis, rekto-vaginalis, dan uretro-vaginalis. Dapat terjadi karena persalinan yang alam dan karena operasi. Pada persalinan, tekanan antara kepala dan tulang panggul pada jaringan lunak yang terlalu lama dapat menyebabkan jaringan tersebut oedematus, hematoma, dan akhirnya nekrosis. Beberapa hari atau minggu kemudian terjadilah fistula. Akibatnya wanita mengeluh beser kencing (inkotinensia urin) atau inkontinensia alvi (beser berak).  Wanita hamil dengan fistula: kehamilan dapat diteruskan dengan menjaga kebersihan selama hamil. Operasi plastic untuk menutup fistel dilakukan 3-6 bulan setelah bayi lahir.  Wanita yang hamil setelah operasi fistel (yang besar) tidak boleh melahirkan pervaginam karena akan menyebabkan bekas fistel terbuka lagi. Wanita ini ditolong dengan seksio sesarea. 2. KELAINAN UTERUS A. Kelainan Kongenital :  Uterus didelfis : terdapat 2 korpus, 2 serviks, dan 2 vagina.  Uterus septus : 1 korpus, septum, 1 serviks, dan 1 vagina.  Uterus bikornis unikolis.  Uterus arkuatus. Kelainan ini dapat mengganggu kehamilan dan persalinan. Misalnya terjadi abortus, partus prematurus dan kelainan his, kelainan letak dan posisi. B. Kelainan Letak Rahim Pada hamil tua, uterus membengkok dengan sumbunya ke kanan disebut latero-fleksi dekstra. Hal ini tidak menimbulkan gejala, kecuali agak mendesak dan kadang-kadang menekan pada ulu hati. C. Perut gantung (abdomen pendulum)  Perut gantung dijumpai pada multipara atau grandemultipara karena melemahnya dinding perut. Makin tua kehamilan, uterus makin bertambah ke depan sehingga fundus uteri lebih rendah dari simfisis. Akibatnya terjadi kesalahan letak janin, kepala janin tidak masuk ke ruang panggul. Proses persalinan akan terganggu, baik pada kala I maupun pada kala II. Namun, bila kepala tidak memasuki pintu atau panggul serta his baik dan kuat; persalinan dapat berlangsung secara biasa, sekurang-kurangnya dapat dibantu dengan ekstraksi vakum atau forsipal.  Selama kehamilan, wanita ini dianjurkan memakai gurita-korset bengkung atau ikat perut yang agak ketat dan kencang, yang menyokong perut dari bawah. D. Retrofleksia uteri gravida inkarserato (RUGI)  RUGI ialah uterus hamil yang semakin lama semakin besar terkurung dalam rongga panggul, tidak dapat keluar memasuki rongga perut. Terkurungnya uterus, mungkin uterus retrofleksi, tertahan karena adanya perlekatan-perlekatan atau oleh sebab lain yang tidak diketahui (fiksata). Gejala-gejala: gangguan miksi, defekasi, rasa sakit, dan penuh di dalam rongga panggul.  Keluhan muncul pada kehamilan di atas 16 minggu, dimana uterus hamil mengisi rongga panggul. Terdapat 4 kemungkinan dari nasib kehamilan. 1. Koreksi spontan : dimana pada kehamilan 3 bulan korpus dan fundus naik masuk ke dalam rongga perut. 2. Abortus : hasil konsepsi terhenti berkembang dan keluar, karena sirkulasi terganggu. 3. Koreksi tidak sempurna : dimana bagian yang melekat tetap tertinggal, sedangkan bagian uterus yang hamil naik masuk ke dalam rongga perut; disebut retrofleksia uteri gravidi partialis. Nasib kehamilan selanjutnya bisa : abortus, partus prematurus, terjadi kesalahan letak, dan bersalin biasa. 4. RUGI : Penanganan : Bila tidak terjadi perlekatan dapat dilakukan : Reposisi digital jika perlu dalam narkosa, Koreksi dengan posisi genu-pektoral selama 3 x 15 per hari atau langsung dikoreksi melalui vagina dengan 2 jari mendorong korpus uteri ke arah atas keluar rongga panggul, Posisi Trendelenberg dan istirahat, Reposisi operatif. E. Prolapsus uteri Descensus uteri atau turunnya uterus dapat dibagi dalam 3 tingkat :  Tingkat I : uterus turun dengan serviks uteri sampai introitus vaginae.  Tingkat II : sebagian uterus keluar dari vagina.  Tingkat III: uterus keluar seluruhnya dari vagina dengan inversio vaginae. Kadang-kadang disertai pula dengan sistokel dan rektokel. Nasib kehamilan dengan prolapsus uteri :  Dapat terjadi keguguran, karena rahim yang membesar tetap dalam rongga panggul dan terjadi inkarserasi.  Kehamilan dapat berlangsung sampai a terme.  Persalinan dapat berjalan dengan lancar, namun sesekali terjadi kesulitan pada kala I dan kala II. Yaitu : pembukaan berjalan pelan dan tidak sampai lengkap. Bila ada indikasi penyelesaian dapat dikerjakan insisi Duhrssen dan janin dilahirkan dengan ekstraksi vakum/forsep.  Koreksi prolaps dengan jalan operasi dilakukan setelah 3 bulan melahirkan. F. Tumor Rahim Mioma Uteri dan Kehamilan Frekuensi mioma uteri sekitar 1%, biasanya dijumpai mioma yang kecil, namun bisa juga dengan mioma yang besar. A. Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri : 1. Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormon estrogen yang meningkat dalam kehamilan. 2. Degenerasi merah dan degenerasi karnosa : tumor menjadi lebih lunak, berubah bentuk, dan berwarna merah. Bisa terjadi gangguan sirkulasi sehingga terjadi perdarahan. 3. Mioma subserosum yang bertangkai oleh desakan uterus yang membesar atau setelah bayi lahir, terjadi torsi (terpelintir) pada tangkainya, yang menyebabkan gangguan sirkulasi dan nekrosis pada tumor. Wanita hamil merasakan nyeri yang hebat pada perut (abdomen akut). 4. Mioma yang lokasinya di belakang, dapat terdesak ke dalam kavum Douglasi dan terjadi inkarserasi. B. Pengaruh mioma pada kehamilan dan persalinan : 1. Subfertil (agak mandul) sampai fertile (mandul), dan kadang-kadang hanya punya anak satu; 2. Sering terjadi abortus; 3. Terjadi kelainan letak janin dalam rahim; 4. Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir; 5. Inersia uteri pada kala I dank ala II; 6. Atonia uteri setelah pasca persalinan, perdarahan banyak; 7. Kelainan letak plasenta; 8. Plasenta sukar lepas (retensio plasentae). Penanganan : 1. Pada umumnya bersifat konservatif, kecuali bila ada indikasi yang derita seperti terjadinya abdomen akut karena torsi pada tangkai tumor. 2. Pada distosia karena mioma 3. Bila partus berjalan biasa, mioma diberikan selama masa nifask kecuali ada indikasi akut abdomen. 4. Operasi pengangkatan tumor secepatnya dilakukan setelah 3 bulan pasca persalinan. 5. Mioma yang tidak begitu besar, kadang-kadang dalam masa nifas akan mengecil sendiri, sehingga tidak memerlukan tindakan operatif. G. Kanker Rakim Kanker rahim yang sering dijumpai : b. Kanker leher rahim (karsioma servisis uteri) c. Kanker korpus rahim (karsioma korpus uteri). Kanker, pada umumnya, dan kanker rahim, pada khususnya, memberikan pengaruh tidak baik terhadap kehamilan begitu pula sebaliknya. Pengaruh kanker rahim pada reproduksi: a. Kemandulan b. Abortus c. Menghambat pertumbuhan janin d. Kelainan pada persalinan e. Perdarahan dan infeksi. Penanganan : Tindakan bergantung pada umur, paritas, tua kehamilan, dan stadium kanker. a. Wanita yang relatif muda dan hamil tua dengan kanker stadium dini dapat melahirkan janin secara spontan. b. Dalam triwulan I dijumpai kanker leher rahim; dilakukan abortus buatan; kemudian diberikan pengobatan radiasi. c. Dalam triwulan II kehamilan; segera dilakukan histerotomi untuk mengeluarkan hasil konsepsi; kemudian diberikan dosis penyinaran. d. Wanita relatif muda yang masih mendambakan tambahan anak dengan kanker leher rahim; dilakukan konisasi atau amputasi portio kemudian dikontrol dengan baik. Bila anak cukup sebaiknya dikerjakan histerektomi. H. Kelainan Ovarium Tumor ovarium mempunyai arti obstetrik yang lebih penting. Ovarium merupakan tempat yang paling banyak ditumbuhi tumor. Tumor ini dapat berupa kistik, padat, kecil, besar, dan memberikan pengaruh hormone; bisa jinak dan ganas. Yang sering dijumpai adalah : kista ovarii dan kista dermoid. Kista ovarii dapat menjadi besar sekali, yang disebut kista ovarii permagna. Pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan :  Tumor yang besar dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga menyebabkan abortus, partus prematurus.  Tumor yang bertangkai, karena pembesaran atau pengecilan uterus setelah persalinan; terjadi torsi dan menyebabkan rasa nyeri, nekrosis, dan infeksi yang disebut abdomen akut.  Dapat menyebabkan kelainan-kelainan letak janin.  Tumor kistik dapat pecah karena trauma luar atau trauma persalinan.  Tumor besar dan berlokasi di bawah, dapat menghalangi persalinan.  Penanganan berdasarkan pada a. kemungkinan adanya keganasan, b. kemungkinan torsi dan abdomen akut, dan c. kemungkinan menimbulkan komplikasi obstetric, maka :  Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa harus dikeluarkan.  Waktu yang tepat untuk operasi adalah antara kehamilan 16-20 minggu.  Operasi yang dilakukan pada umur kehamilan di bawah 20 minggu harus diberikan substitusi progesteron 1. Beberapa hari sebelum operasi. 2. Beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum terangkat bersama tumor yang dapat menyebabkan abortus.  Operasi darurat apabila terjadi torsi dan abdomen akut.  Bila tumor agak besar dan lokasinya di bagian bawah akan menghalangi persalinan, penanganan yang dilakukan : A. Coba reposisi, kalau perlu dalam narkosa. B. Bila tidak bisa, persalinan diselesaikan dengan seksio sesarea. 1. Definisi Anemia Defisiensi Fe pada Ibu hamil Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin didalam sirkulasi darah. Definisi anemia yang diterima secara umum adalah kadar Hb kurang dari 12 g/dl untuk wanita tidak hamil dan 11 g/dl untuk wanita hamil pada trimester pertama dan ketiga dan 10,5 g/dl pada trimester kedua. Anemia di golongkan menjadi anemia ringan jika Hb 9-10 g/dl, anemia sedang jika Hb 7-8 g/dl dan anemia berat jika Hb kurang dari 7 g/dl. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi. 2. Etiologi Anemia Defisiensi Fe Pada Ibu Hamil Anemia defisiensi Fe disebabkan oleh beberapa hal antara lain hipervolemia yang terjadi pada saat kehamilan. Pada wanita hamil sehat volume darah meningkat 1,5 liter. Peningkatan volume tersebut terutama terjadi akibat peningkatan plasma bukan peningkatan jumlah sel eritrosit. Walaupun ada peningkatan jumlah eritrosit dalam sirkulasi yaitu sekitar 450 ml atau 33%, tetapi tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma sehingga terjadi hemodelusi. Pada awalnya, volume plasma meningkat pesat dari usia gestasi sekitar 6 minggu, kemudian laju peningkatan melambat. Sementara eritrosit mulai meningkat pada trimester kedua dan lajunya memuncak pada trimester ketiga. Hipervolemia yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai beberapa fungsi penting antara lain; mengisi ruang vaskular di uterus, jaringan pembuluh di payudara, otot, ginjal dan kulit. Hipervolemia juga mengurangi efek pengeluaran hemoglobin pada persalinan. Penurunan kekentalan darah memperkecil resistensi terhadap aliran sehingga kerja jantung untuk mendorong darah menjadi lebih ringan. Faktor lain dari pengebab defisiensi Fe adalah meningkatnya kebutuhan Fe ibu hamil. Kandungan besi total pada wanita dewasa normal berkisar dari 2,0 – 2,5 g. Umumnya cadangan besi wanita normal sekitar 300 mg. Kebutuhan besi pada kehamilan normal sekitar 1000 mg. 300 mg secara aktif ditransfer ke janin dan plasenta dan sekitar 200 mg hilang sepanjang berbagai jalur ekskresi normal. Untuk penambahan rata-rata volume total eristrosit membutuhkan kira-kira 500 mg besi. Jumlah total 1000 mg jelas melebihi cadangan besi pada sebagian wanita. Anemia defisiensi besi bisa semakin diperberat dengan kurangnya asupan besi dalam makanan dan perdarahan. 3. Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan Dalam masa kehamilan terdapat pembentukan jaringan baru pada ibu dan jaringan konseptus (Janin, plasenta, selaput ketuban, dan jaringan lain), selain itu terjadi peningkatan metabolisme untuk mempertahankan jaringan yang tumbuh tersebut. Dengan meningkatnya metabolisme maka kebutuhan akan oksigen semakin meningkat. Jika ibu kekurangan Fe maka pembentukan Hemoglobin terhambat, sementara hemoglobin berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Apabila janin mengalami kekurangan oksigen, janin akan beradaptasi dengan mengubah aktivitas metaboliknya agar dapat bertahan hidup. Perlambatan pertumbuhan dan penurunan pengeluaran energi merupakan bagian dari adaptasi ini. Oleh karena itu defisiensi Fe dapat berakibat abortus, persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, kematian intrauterin, berat badan bayi rendah, dan cacat bawaan. Pada saat persalinan yang juga terjadi peningkatan metabolisme kekurangan Fe dapat berakibat inersia uteri dan atonia uteri. Begitu juga pada saat nifas, kekurangan Fe dapat berakibat meningkatkan infeksi nifas. Kesimpulan 1. Anemia à kadar Hb kurang dari 12 g/dl untuk wanita tidak hamil dan 11 g/dl untuk wanita hamil pada trimester pertama dan ketiga dan 10,5 g/dl pada trimester kedua. 2. Anemia di golongkan menjadi anemia ringan jika Hb 9-10 g/dl, anemia sedang jika Hb 7-8 g/dl dan anemia berat jika Hb kurang dari 7 g/dl. 3. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam sel darah berada dibawah normal, yang disebabkan karena kekurangan zat besi 4. Kurang zat besi diakibatkan oleh Hipervolemi, kebutuhan zat besi meningkat, kurangnya zat besi dalam makanan, dan perdarahan 5. Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi janin dan ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun dalam nifas Penyakit Kardiovaskuler : Sistem Kerja Jantung Kardiovaskuler berasal dari kata cardio dan vascular. Cardio berarti jantung, vascular berarti pembuluh darah. Dengan demikian, kardiovaskuler artinya pembuluh darah yang berhubungan dengan jantung. Kardiovaskuler di sini adalah penyakit-penyakit pembuluh darah yang mempunyai hubungan langsung dengan kerja jantung. Bisa pula diartikan sebagai penyakit gangguan jantung. Gangguan-gangguan pada pembuluh darah dapat memberikan efek negatif terhadap jantung, yakni jantung mengalami kelelahan dalam memompa darah. Akibat paling fatal dari kasus ini adalah kematian. Bahkan di Amerika, menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit AS, dikatakan bahwa bahwa pada tahun 2001, terdapat 930 ribu penduduk Amerika yang meninggal karena penyakit kardiovaskuler. Sedangkan pada tahun 2005, menurut World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskuler diperkirakan telah menyebabkan kematian sebanyak 17,5 juta jiwa di seluruh dunia atau sekitar 30% dari seluruh penyebab kematian di dunia. Karena itu diperkirakan pada tahun 2015, akan ada hampir 20 juta jiwa yang mati akibat penyakit kardiovaskuler, jika tidak ada tindakan nyata yang dilakukan untuk mencegahnya. Untuk membantu memahami penyakit-penyakit pembuluh darah yang berakibat fatal terhadap jantung, ada baiknya diketahui lebih dulu cara kerja jantung. Jantung bekerja memompa darah melalui jaringan pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh. Jantung terbagi menjadi dua bagian, yaitu serambi (atrium) dan bilik (ventrikel). Serambi terdiri dari serambi kiri dan serambi kanan. Demikian pula dengan bilik, terbagi menjadi bilik kiri dan kanan. Serambi kiri menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan diteruskan ke bilik kiri, selanjutnya darah dipompakan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, serambi kanan menerima darah batik dari seluruh tubuh, diteruskan ke bilik kanan untuk dipompakan ke paru-paru, agar mendapat oksigen baru dan membuang sisa zat berbentuk gas yang berasal dari dalam tubuh. Dengan demikian, dalam tubuh dikenal dua siklus peredaran darah yang terjalin secara paralel. Pertama, peredaran darah jaringan tubuh dengan pompa sentralnya di jantung kiri yang mengalirkan darah kaya oksigen. Kedua, peredaran bahan nutrisi dan zat makanan ke seluruh tubuh melalui jaringan jantung kanan, kemudian ke paru-paru dengan pompa sentralnya jantung sebelah kanan. Sistem pembuluh darah yang menyalurkan darah dari jantung ke seluruh bagian tubuh dikenal dengan nama sistem arteri. Jaringan pembuluh darah batik yang menyalurkan darah dari seluruh bagian tubuh ke jantung dikenal dengan sistem vena. Peredaran darah, baik dalam sistem arteri maupun sistem vena, merupakan rangkaian kesatuan yang berhubungan secara seri dalam dua siklus peredaran darah yang terjalin secara paralel. Masing-masing disebut sistem sirkulasi tubuh (peredaran darah besar) yang terbagi lagi dalam peredaran darah ke setiap organ, misalnya ke otak, ginjal, kaki, atau tangan. Khusus peredaran darah ke otot jantung merupakan salah satu bagian dari sistem sirkulasi tubuh dan dikenal sebagai sirkulasi darah koroner karena darah dialirkan melalui arteri koronaria ke dalam otot jantung. Arteri koronaria itu sendiri memiliki dua pangkal utama, kiri dan kanan, masing-masing dari pangkal aorta, yaitu arteri utama yang keluar dari jantung, berfungsi mengalirkan darah ke dalam otot jantung atau miocard. Vitalitas dan kemampuan kerja miocard sangat tergantung pada darah yang dialirkan oleh arteri koronaria ke otot jantung. Jika otot jantung yang berfungsi sebagai tenaga pompa jantung tidak memperoleh suplai darah yang cukup, misalnya disebabkan penyempitan pembuluh darah, miocard melemah. Kasus ini disebut penyakit jantung koroner (PJK). Berikut ini beberapa faktor penyebab penyempitan pembuluh darah : 1. Penyempitan pembuluh darah biasanya terjadi akibat proses arterosclerosis, yaitu terbentuknya bercak menebal pada dinding pembuluh arteri bagian dalam, sehingga mempersempit aliran darah ke otot jantung. Penyempitan itu bisa terus menebal hingga menutupi aliran darah dalam arteri koronaria, yang akhirnya membunuh jantung. Proses arterosclerosis sering terjadi akibat faktor usia, yakni faktor yang tidak bisa dicegah karena proses alamiah. 2. Faktor bawaan sejak lahir. Faktor ini juga sulit untuk dikendalikan. 3. Terjadinya penumpukan kolesterol yang sebenarnya dibutuhkan untuk memelihara kelangsungan fungsi-fungsi organ. Meskipun demikian, jika kadar kolesterol dalam darah terlalu tinggi, akan mempermudah terjadinya bercak pada dinding dalam arteri koronaria. Gambaran klinis atau gejala yang timbul akibat arterosclerosis sangat tergantung pada berat ringannya penyumbatan. Pada penyumbatan yang berat biasanya terjadi infark miocard accut atau kematian pada otot jantung, ditandai dengan angina pectoris, nyeri dada yang berlangsung selama 1-5 menit, kadang-kadang bisa 10-15 menit. Serangan nyeri dada dirasakan di daerah tengah, kadang-kadang menjalar ke dada bagian kiri, kemudian dada bagian kanan sampai ke lengan kiri, lengan kanan, dan leher, bahkan sampai rahang bagian bawah dan bagian atas perut. Nyeri dada ini terasa seperti perasaan nyeri yang dalam atau seperti ada beban berat di dada. Keluhan ini biasanya timbul ketika penderita melakukan kegiatan fisik, seperti naik tangga, dan nyeri segera hilang jika beristirahat. Dalam keadaan seperti ini penderita harus segera dirawat di rumah sakit, agar mendapat pertolongan. Berat ringannya kegawatan tergantung pada luas bagian miocard yang mengalami kerusakan. Jika penyempitan pembuluh darah pada miocard lebih dari enam jam, kerusakan jaringan otot jantung yang merembet ke dinding jantung sulit untuk normal kembali, bahkan akan mengalami kerusakan permanen. Gejala Kardiovaskuler Berbagai gejala yang timbul akibat sistem peredaran darah jantung (kardiovaskuler) yang terganggu sebagai berikut A. Angina Pectoris (Nyeri Dada) Gejala angina pectoris berupa nyeri dada akibat infark miocard acad. Pemeriksaan pada kasus ini biasanya dilakukan dengan melihat bidang dada, bahu, dan leher. Jika terjadi ketidak-harmonisan, dokter mencurigainya sebagai serangan jantung. Serangan ini biasanya berlalu setelah 130 menit diberikan notroglycerin. Pada kasus non-coroner, gejala ini bisa terjadi akibat emboli (gelembung) yang mengganggu pembuluh darah paru, neurotic pada aorta, gangguan pada perut (gastrointestinal), dan masalah psikologis. B. Dyspnea (Kesulitan Bernapas) Gejala ini sering menandakan kegagalan jantung, akibat otot jantung tidak mampu bekerja dengan baik. Untuk mengatasi masalah ini, penderita harus tidur telentang dan kepalanya diganjal dua atau tiga bantal. Kesulitan bernapas ini sering, diakibatkan oleh tidak efektifnya jantung memompa darah, sehingga paru-paru kekurangan darah. Di samping akibat lemah jantung, gejala ini bisa karena pembesaran jantung. C. Palpitation (Jantung Berdebar) Gejala palpitation berupa rasa seperti tertumbuk di rongga dada dan jantung. Jika dilihat dengan mata telanjang, penyebabnya sulit diketahui secara pasti, karena sangat banyak kemungkinan penyebabnya. Karenanya perlu dilakukan pemeriksaan kecepatan debar jantung dan frekuensinya, serta berbagai faktor penyebab lainnya. D. Syncope (Pingsan) Penderita syncope (pingsan) bisa sampai kehilangan kesadaran. Ditinjau dari etimologi, penyakitnya bisa disebabkan gangguan detak jantung, gangguan dinding jantung, dan tekanan darah tinggi, sehingga detak jantung menjadi tidak berirama atau tidak beraturan. E. Fatigue (Keletihan) Gejalanya berupa gagal jantung yang di sebabkan terganggunya fungsi katup mitral pada jantung, klep paru, atau klep aorta yang selalu diikuti oleh gejala (symptom) anemia, yang menyebabkan penderita lemah dan tidak bergairah. F. Cough (Batuk-batuk) Cough atau batuk-batuk disebabkan tidak terkendalinya produksi lendir karena tingginya tekanan darah di paru-paru, yang salah satunya akibat tekanan darah tinggi. Dalam kasus ini terjadi penumpukan lendir dalam paru-paru. Gejalanya yang timbul antara lain penderita merasa sesak dan sakit di dada bagian tengah. G. Hemoptysis (Darah Berbusa) Gejala ini terjadi akibat adanya gangguan pada katup mitral, infark paru, atau emboli pada paru. Gejala ini diduga memiliki hubungan yang signifikan dengan tuberculosis yang diderita pasien. H. Cyanosis (Kadar Hemoglobin Menurun) Turunnya kadar hemoglobin dalam pembuluh darah menimbulkan gejala peradangan pada mata, mulut, dan bibir. Untuk mengetahui penyebabnya perlu dilakukan penelitian intensif. Biasanya gejala ini terjadi akibat produksi darah merah dalam tubuh tidak normal. I. Edema (Lendir Berkumpul) Akibat pengumpulan lendir di pembuluh darah, pengiriman darah ke vena terganggu. Pada kondisi ini cairan dapat masuk ke pembuluh kapiler dan menyebabkan paru-paru dan pembuluh darah halus di sekitarnya terganggu. Jantung pun menjadi lemah akibat suplai darah yang dikirim paru-paru ke serambi kiri berkurang. ________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar