Translate

Selasa, 04 Juni 2013

Amal Jama'i

Amal jama’i bukanlah bekerja sendiri-sendiri dalam suatu kelompok. Amal jama’i adalah suatu pekerjaan oleh orang-orang yang terstruktur, satu komando, satu perintah, dan ada spesialisasi da’wah. Amal Jama’i (gerakan bersama) secara bahasa berarti “sekelompok manusia yang berhimpun bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang sama.” Al-‘amalul al-jamaa’i berarti bekerja sama berdasarkan kesepakatan dan bekerja bersama-sama sesuai tugas yang diberikan untuk memantapkan amal. Jadi, Al-‘amalul al-jamaa’i mendistribusikan amal (pekerjaan) kepada setiap anggota berdasarkan potensi yang dimilikinya untuk mencapai tujuan. Dalam kehidupan, amal jama’i (gerakan bersama) adalah sebuah kemestian. Tidak ada satu orang pun dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan pertolongan orang lain. Orang yang kaya membutuhkan si miskin untuk membantu tugas-tugas sehari-harinya. Orang miskin pun membutuhkan orang kaya. Jika dalam kehidupan saja kita tidak terlepas dari amal jama’i, maka dalam sebuah perjuangan mencapai tujuan tertentu, atau cita-cita tertentu, maka amal jama’i lebih sangat dibutuhkan. Para pendahulu kita dahulu tidak mungkin dapat mewujudkan Indonesia Merdeka tanpa adanya amal jama’i (kerja sama). Demikian juga, sehebat apapun seorang Nabi atau Rasul tidak mungkin dapat mewujudkan negara Madinah tanpa adanya kerja sama antara kaum muslimin, terutama kaum Muhajirin dan Anshar. Oleh karena itu kerja sama atau amal jama’i mutlak dilakukan dalam mewujudkan sebuah cita-cita atau tujuan. Dengan demikian, amal jama’i ini memiliki beberapa buah ciri sebagai berikut: 1. Aktivitas yang dijalankannya harus berdasarkan keputusan jamaah 2. Mempunyai sistem organisasi yang lengkap dan aktivitas dijalankan secara rapi dan tersusun 3. Tindakan dan kegiatannya sesuai dengan strategi pendekatan yang telah digariskan oleh jamaah 4. Seluruh kegiatannya bertujuan untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan bersama. Kemudian, tujuan dari amal jama’i antara lain: 1. Distribusi pembagian tugas (Tau zii’ul ‘amal) 2. Meringankan beban da’wah (Tahfiiful a’baaidda’wah) 3. Menumbuhkan potensi (tau thifuthaqqah) Lalu, apa sebenarnya yang mengharuskan kita ber-amal jama’i? Untuk tahu lebih dalam mengenai alasan ber-amal jama’i, mari kita simak ulasan berikut ini: Pertama, Dustur Illahi. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung” (Q.S Ali Imran: 104). Dalam ayat ini Allah telah mengisyaratkan tentang wajibnya melaksanakan dakwah secara amal jama’i. Kedua, karena amal jama’i adalah tabiat alam (natural). Tata surya adalah amal jama’i. “Ada yang memimpin dan ada yang dipimpin.” Amal Jama’i adalah sebuah sunnatullah. Bangsa semut tidak dapat membuat sarang atau menyimpan makanan tanpa adanya kerjasama di antara mereka. Bila kita melihat kehidupan semut, betapa mereka ulet dan saling bergotong royong dalam bekerja. Bahkan bila seekor semut bertemu dengan kawannya dia berhenti sejenak dan saling besalaman. Demikian juga pada kehidupan lebah, mereka mempunyai tugas masing-masing dalam mengembangkan dirinya dan di antara mereka tercipta kerjasama yang harmonis dalam bekerja. Ketiga, karena manusia adalah makhluk sosial. Meskiupun nabi Adam telah disediakan segala kenikmatan surga, namun beliau masih saja merasa kurang jika tidak ada teman dalam hidupnya. Sehingga Allah menciptkan Hawa sebagai teman hidupnya. Demikian pula kita dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat hidup sendiri, melainkan membutuhkan bantuan orang lain. Keempat, Dakwah secara jama’ah adalah dakwah yang paling efektif dan sangat bermanfaat bagi Gerakan Islam. Sebaliknya da’wah secara sendirian akan kurang pengaruhnya dalam usaha menanamkan ajaran Islam pada umat manusia. Kelima, ber-amal jama’i (bergerak secara bersama) akan memperkuat orang-orang yang lemah dan menambah kekuatan bagi orang-orang yang sudah kuat. Satu batu bata saja akan tetap lemah betapapun matangnya batu bata tersebut. Ribuan batu bata yang berserakan tidak akan membentuk kekuatan, kecuali jika telah menjadi dinding, yaitu antara batu bata yang satu dengan yang lain telah direkat dan ditata secara rapi. Allah Ta’ala berfirman, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran” (Q.S Al Maaidah: 2).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar